Selasa, 25 Mei 2010

TETAP SETIA

Kuperhatikan saja saat perempuan di hadapanku bercerita tentang dirinya. Sekilas kulihat dari wajahnya nampak kebingungan. Mungkin ada rasa resah yang lagi bersarang di hatinya. "Aku harus bagaimana mba?" kata yang terucap dari bibir Nayla minta pendapatku. "Kau kan udah dewasa Nay, tau mana yang baik dan buruk bagi dirimu," kataku menjawab pertanyaannya. Sengaja aku tak berpendapat karena kuyakin Nayla mampu mengambil jalan terbaik tuk masalahnya. Masalah yang sebenarnya bisa terjadi pada siapa saja...saat waktu menguji kesetiaan kita. "Bingung mba...padahal aku suka berteman,ngobrol dan bertukar pikiran sama dia tapi sayang kenapa mesti ada kata cinta yang terucap darinya,"kata Nayla penuh penyesalan. "Hehehe...kamu tergoda, Nay?" tanyaku penuh canda. "Ngga...lah, aku hanya ingin berteman tak lebih dari itu," jawabnya. Sudah kuduga Nayla akan menjawab demikian karena aku tlah lama mengenalnya...dia perempuan berkarakter, yang menjunjung tinggi nilai kesetiaan dan kehormatan dirinya. Namun rasa penasaran membuatku untuk balik bertanya padanya. "Nay...kau tak bisa berpaling karena suamimu hebat ya?" tebakku. Dengan senyum khasnya Nayla menjawab,"Sebenarnya suamiku biasa-biasa aja mba...sama seperti halnya dengan diriku,yang bisa salah dan bisa juga benar...tapi bukankah Allah yang memerintahkan kita tuk menjaga kehormatan diri...penjabarannya,ya...kita harus bisa memegang komitmen dan tetap setia. Hhmm...kali ini akupun tersenyum menyetujui jawaban yang dia berikan. Manusiawi sekali kalau sewaktu-waktu Nayla mengagumi dan menyukai orang lain yang mungkin sangat menarik dan cocok dengan kepribadiannya. Namun aku yakin kesetiaan yang akan mencegahnya tuk berkhianat dengan orang yang sangat dicintainya.
"Nay...mungkin kau akan cermat menghitung kembali risk and return nya tuk bisa dekat atau menjauh dengan pria itu?" tanyaku kemudian. "Hahaha...mba ini ada-ada aja...kayak mau investasi, mesti dihitung risk and return nya...ntar aku buka lagi dech mata kuliah manajemen resiko," jawabnya sambil tertawa. "Nayla ingin introspeksi diri, banyak istiqfar dan berdoa aja smoga kalau ketemu pria itu, dia udah bisa membedakan mana yang bersertifikasi halal atau haram tuk bisa dicintai," katanya. "Jiiaaaaaahhh...hahaha...seperti makanan donk...mesti diperhatikan halal-haramnya," sahutku. Kami pun akhirnya tertawa bersama dan kuperhatikan kini wajah Nayla berseri kembali.
Saat itu kami menyadari bahwa sebagai manusia biasa, kita hanya bisa berusaha tuk tetap setia dan yakin Allah akan menolongnya...karena hanya Dia sebaik-baik yang membersihkan jiwa dan yang menguasai serta mengarahkannya dalam kebaikan.
"Thanks Nay...ternyata dengan menjadi pendengar yang baik, aku bisa belajar dari masalah yang kau ceritakan," bisikku dalam hati.
Obrolan ringan...santai...rumpian ala emak- emak pun kami akhiri di suatu sore menjelang maghrib.


D3P0K, M3i 2010